Daddies Gagal Pertahankan Gelar Juara All England

Pasangan ganda putra Hendra Setiawan dan Mohamad Ahsan harus rela gagal mempertahankan gelar juara All England. Hal ini dipastikan setelah pasangan senior itu kandas di babak perempat final. Pasangan yang dikenal juga dengan sebutan Daddies itu harus mengakui keunggulan pasangan Jepang, Hiroyuki Endo/Yuta Watanabe. Hendra/Ahsan kalah dua game langsung dengan skor 19-21, 18-21 dalam 35 menit.

Unggulan dua turnamen ini mengaku tidak bisa mengeluarkan penampilan maksimalnya. Mereka banyak melakukan kesalahan dan kalah cepat di lapangan.

“Nggak mudah juga ya memang. Kami juga terlalu pelan juga, kurang mau adu di lapangan. Dengan pertemuan sebelumnya kurang lebih mainnya sama, cuma hari ini kami kurang tahan saja ,” beber Hendra seperti dilansir dari badmintonindonesia.org.

Hendra/Ahsan sebelumnya telah mengoleksi enam kemenangan dari tujuh pertemuan, dengan diantaranya lima kemenangan beruntun. Terakhir mereka berhadapan di BWF World Tour Final 2019 dengan kemenangan Hendra/Ahsan, 24-22, 21-19.

“Hari ini kami banyak melakukan kesalahan. Harusnya tadi bisa tetap menekan dan menjaga poin, tapi jadinya mereka bangkit lagi, berubah ketat lagi,” timpal Ahsan.

Di game pertama Endo/Watanabe secara konsisten unggul sejak awal hingga akhir. Memasuki game kedua, Hendra/Ahsan berhasil unggul 11-6. Sayang setelah jeda interval, keduanya balik tersusul hingga harus merelakan kemenangannya untuk lawan.

Dengan demikian Indonesia saat ini berhasil mengirimkan dua wakil ke semifinal, yaitu Kevin Sanjaya Sukamuljo/Marcus Fernaldi Gideon dengan Praveen Jordan/Melati Daeva Oktavianti.

Praven dan Melati mencatatkan kemenangan atas Wang Yi Lyu/Huang Dong Ping dari China. Kemenangan Praveen/Melati diraih melalui perjuangan keras. Keduanya harus melewati pertandingan tiga game dalam tempo 72 menit sebelum menutup laga dengan skor 15-21, 21-19, 21-19.

Kemenangan ini menjadi yang kedua kalinya buat pasangan Indonesia tersebut. Dalam sejarah pertemuannya dengan Wang/Huang, Praveen/Melati memang tertinggal 1-6, namun mereka berhasil menang pada pertandingan terakhirnya di Denmark Open 2019.

“Dari game pertama sebenarnya kami sudah in, strateginya sudah benar, tapi setelah poin 11 kami kebawa permainan mereka. Setelah itu ketinggalan 4 poin, mau mengejarnya lumayan susah. Game pertamanya sudah kalah, terus game kedua juga ketinggalan 10-18, itu kami sudah kebawa pola mereka,” beber Praveen seperti dilansir dari badmintonindonesia.org.

“Untungnya kami bisa keluar dari tekanan mereka dan berhasil menang di game kedua. Di game ketiga pun kami sudah mengatur ritme, walaupun sempat terkejar,” sambungnya.

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *