Mia Mawarti, satu dari delapan pemain bulutangkis Indonesia yang didakwa melakukan pengaturan skor angkat bicara. Hal itu dikemukakan saat bertemu Pengurus Pusat PBSI di Pelatnas Bulutangkis Indonesia di Cipayung, Jakarta Timur, Senin, 11 Januari 2021, pagi. Mereka diterima Wakil Sekretaris Jenderal PP PBSI Eddy Sukarno.
Pembelaan pemain berusia 24 tahun ini karena uang hasil kesepakatan dengan Hendra tersebut sejatinya merupakan uang saku untuk dirinya selama mengikuti kejuaraan. Mia juga tidak mengetahui bahwa uang tersebut berasal dari hasil perjudian yang dilakukan oleh Hendra.
“Lalu dalam hal tuduhan saya menyetujui retired di New Zealand Open 2017 pada partai ganda putri, juga sama sekali tidak benar. Bahkan saya berdebat dengan Hendra di tengah lapangan. Saya tidak mau retired tapi Hendra sebagai ofisial meminta ke wasit agar pertandingan dihentikan dengan menyebut saya tidak mungkin melanjutkan pertandingan karena cidera. Padahal saya tidak cidera,” tutur Mia seperti dilansir daribadmintonindonesia.org.
Soal, tidak melaporkan terjadi perjudian kepada BWF, seperti halnya Agri, Mia pun tidak mengetahui kalau tidak melaporkan ke BWF adalah sebagai pelanggaran kode etik. Yang dia tahu, pelanggaran kode etik hanya berupa perjudian saja.
“Selain itu, BWF tidak pernah melakukan investigasi langsung kepada saya, sehingga saya tidak dapat menjelaskan apa yang terjadi sesungguhnya. Dengan demikian putusan BWF dilakukan secara sepihak tanpa mendengar penjelasan dan pembelaan dari saya sebagai korban,” papar Mia.
Karena itu, Mia meminta CAS bisa menerima permohonan bandingnya. Juga meminta Pengadilan CAS membatalkan keputusan BWF karena dirinya masih ingin terus berkarier sebagai pemain sebagai mata pencahariannya.
“Hukuman BWF itu keliru dan tidak berdasarkan fakta yang sebenarnya. Oleh karena itu, saya meminta agar Pengadilan CAS memeriksa, mengadili dan memutuskan saya tidak melanggar kode etik BWF dan dinyatakan tidak bersalah dengan menyatakan putusan BWF dinyatakan batal,” tulis Agri dalam memori banding yang akan dikirim ke Pengadilan CAS.
Lebih lanjut Agri meminta keringan hukuman. Ia menilai sanksi tersebut terlalu berat. Apalagi ia menyebut dirinya sangat bergantung pada bulu tangkis sebagai satu-satunya profesi yang digelutinya saat ini.
“Apabila yang mulia CAS berpendapat lain, saya mohon minta keadilan karena hukuman yang dijatuhkan kepada saya terlalu berat. Profesi pemain bulutangkis merupakan satu-satunya mata pencaharian saya dan keluarga,” tambah Agri yang kini membela klub Berkat Abadi Banjar, Kalimantan Selatan.
Apakah pengajuan banding para pemain Indonesia akan diterima CAS? Kita lihat saja.
Berita Terkait
-
Liverpool Benamkan Manchester City di Anfield
-
Chelsea Jamu Aston Villa di Pekan ke-13 Premier League 2024/2025
-
Big Match Pekan ke-13 Premier League 2024/2025, Liverpool Jamu Manchester City
-
Indonesia Kirim Wakil di Semua Sektor, Ini Daftar Peserta BWF World Tour Finals 2024
-
Liverpool Petik Poin Sempurna di Kandang Southampton dalam Drama 5 Gol