Ginting Ungkap Kecemasan Jelang Hadapi Kevin Cordon untuk Raih Perunggu

Anthony Sinisuka Ginting membeberkan pengalaman saat dirinya menghadapi Kevin Cordon untuk memperebutkan medali perunggu tunggal putra Olimpiade Tokyo 2020 beberapa waktu lalu.

Dalam wawancaranya dengan badmintonindonesia.org, Ginting mengaku sempat merasa tegang dan cemas jelang laga tersebut. Secara statistik Ginting memang diunggulkan. Peringkat dunianya jauh lebih tinggi dari pemain Guatemala itu.

“Ketegangan itu lebih karena memikirkan pertandingan melawan Kevin (Cordon) ya, bukan karena saya masih memikirkan kekalahan dari Chen Long.”

“Takut tidak bisa mengeluarkan kemampuan terbaik sih, takut tidak bisa main lepas. Dan lawannya juga kan lagi on fire jadi agak tegang. Untungnya saya bisa manage dengan baik.”

Lebih lanjut Ginting mengaku beda atmosfer antara Olimpiade dan turnamen-turnamen bergengsi lainnya.

“Sangat berbeda, kalau Kejuaraan Dunia dan All England malah rasanya seperti turnamen-turnamen biasa saja. Seperti misalnya dari berangkat, sampai di sana satu sampai dua hari latihan dan jajal lapangan, lalu mulai pertandingan.”

“Kalau di Olimpiade kan berbeda, dari lingkungan, atmosfer juga keinginannya. Di sini ada rasa ingin yang lebih tapi bukan berarti di turnamen lain tidak ingin menang. Cuma ada rasa lebih di sini. Penantian juga panjang untuk tampil di Olimpiade.”

Hal lain yang membuat Olimpiade berbeda, demikian Ginting, adalah pengorbanan yang luar biasa untuk bisa sampai ke panggung itu.

“Semua yang main di sini pasti pengorbanannya luar biasa. Bukan cuma fisik, tapi mental juga. Setelah kompetisi selesai kan ada jeda waktu dua hari sebelum saya kembali ke Jakarta, entah kenapa saya merasakan lelah yang amat sangat padahal sudah tidak bertanding.”

Ginting pernah punya pengalaman bagaimana susahnya mendapat satu tempat di turnamen bergengsi. Di tahun 2015, namanya masuk dalam daftar tunggu Indonesia Open. Sementara dua rekannya yakni Jonatan Christie dan Ihsan Maulana Mustofa sudah mendapat tempat.

Ginting baru bisa memastikan keikutsertaan di turnamen tersebut di menit-menit akhir. Mulai dari daftar tunggu, lalu Ginting berhasil melesat hingga semi final.

Kurang dari 10 tahun setelah itu, Ginting mampu meraih medali perunggu Olimpiade.

“Tidak menyangka tapi saya bersyukur karena saat masuk pelatnas, saya sempat bertemu dengan senior-senior macam Sony (Dwi Kuncoro), Simon (Santoso), Tommy (Sugiarto), dan Hayom (Dionysius Hayom Rumbaka) yang menjadi ujung tombak tunggal putra.”

“Dari mereka saya banyak belajar. Setelah itu, seperti sudah dibukakan saja jalannya karena akhirnya saya, Jonatan dan Ihsan dipercaya menjadi ujung tombak padahal di atas kami masih ada beberapa nama yang sebenarnya punya potensi. Dan semua tidak terlepas dari peran Koh Hendry (Saputra Ho) pelatih kami.”

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *