Ginting Tak Menyangka Raih Perunggu di Olimpiade Tokyo

Satu pekan lebih usai digelarnya ajang bulutangkis Olimpiade Tokyo 2020. Indonesia berhasil meraih satu medali emas dan satu medali perunggu.

Medali emas disumbangkan oleh pasangan ganda putri Greysia Polii/Apriyani Rahayu. Sementara medali perunggu disabet Anthony Sinisuka Ginting. Ginting menjadi pebulutangkis tunggal putra pertama yang menyumbang medali Olimpiade setelah Taufik Hidayat (emas) dan Sony Dwi Kuncoro (perunggu) di Athena tahun 2004. Catatan sejarah ini menjadi kebanggaan tersendiri bagi Ginting.

Ginting bahkan tidak menyangka lompatan kariernya begitu pesat dalam waktu kurang dari 10 tahun.

“Pasti sangat berarti, apalagi debut juga. Jadi pasti senang bisa dapat medali. Semua atlet kan ingin berpartisipasi di Olimpiade, apalagi dapat medali tuh pasti dua tiga kali lipat senangnya. Dan ini sangat berarti untuk saya pribadi, keluarga, dan Indonesia,” ungkap Ginting seperti dilansir dari badmintonindonesia.org.

Pemain kelahiran Cimahi, Jawa Barat itu mengatakan dirinya berusaha menikmati setiap momen di Olimpiade. Di sisi lain beban yang dipikul cukup berat. Terkait hal ini Ginting berusaha untuk mengelola ekspektasi.

“Yang pertama sih pasti manage bagaimana ekspektasi saja, maksudnya saya belajar dari pertandingan yang sudah berlalu. Jangan terlalu menggebu-gebu, jangan terlalu excited tapi tidak terlalu pesimis atau santai juga.”

“Di tengah-tengah lah jadi bisa sangat fokus menyiapkan diri sendiri. Bisa lebih kontrol diri sendiri baik di dalam maupun luar lapangan.”

“Lalu kemarin juga di sana memang tidak memikirkan hasil, fokusnya satu demi satu pertandingan dari hari pertama. Setelah masuk Athlete’s Village itu saya tidak mau berpikir terlalu jauh. Hari ini ya hari, besok ya besok.”

Ginting tak menampik merasa tegang tampil di pentas akbar antarbangsa itu. Ia menyadari ketegangan itu karena sudah lama tak bermain karena sejumlah turnamen terpaksa dibatalkan.

“Di awal-awal masih ok lah tidak terlalu berat tekanannya, tapi tetap ada tegangnya. Tegang lebih karena kan sudah lama tidak bertanding jadi ada kagok dan sebagainya.”

Setelah lewat pertandingan pertama, kedua, 16 besar bahkan sampai delapan besar itu saya merasa aman saja. Ketegangan malah sangat terasa di babak semifinal dan perebutan medali perunggu, terasa sekali tekanannya.”

“Baru saya percaya yang senior-senior saya bilang bahwa Olimpiade memang sebuah turnamen yang berbeda. Padahal saya mencoba tidak memikirkan itu tapi tidak tahu kenapa perasaan itu membayangi terus.”

Ginting mengaku ada momen yang membuatnya benar-benar gugup. Itu terjadi di luar lapangan.

“Paling kentara di luar lapangannya sih, seperti malam itu saya tidak bisa tidur, gelisah, khawatir sampai pas bangun paginya juga perasaannya masih tidak enak,” ungkapnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *