Axelsen dan Lin Dan Tolak Sistem Skor Baru Bulu Tangkis

Sejumlah pemain bulu tangkis sudah menyatakan keberatan dengan sistem skor baru yang diajukan Presiden BWF. Saat ini kita sudah sangat familiar dengan skor bulu tangkis 21X3 atau best of three.

Petinggi Federasi Bulu Tangkis Dunia (BWF) sempat mewacanakan perubahan sistem skor menjadi 11X5 atau best of five. Wacana ini pun kembali berhembus.

Pemain tunggal putra asal Denmark, Viktor Axelsen mengaku keberatan dengan format baru itu. Menurut Axelsen format baru tersebut akan membuat pertandingan terasa membosankan. Di sisi lain sistem itu akan menguras stamina para pemain.

“Format ini akan terasa membosankan. Saya menikmati dan berkembang dari segi fisik selama pertandingan,” beber Axelsen.

Penolakan juga datang dari pemain tunggal putra legendaris asal China, Lin Dan. Menurut mantan pemain nomor satu dunia itu, sistem yang ada sekarang tidak mengalami masalah, sehingga tidak ada alasan yang mendasar untuk menggantinya.

“Saya tidak suka itu. Saya tidak berpikir membuat perubahan seperti ini baik untuk permainan. Tidak ada yang salah dengan sistem saat ini,” beber pebulutangkis berjuluk Super Dan itu.

Saat BWF Annual General Meeting (AGM) yang berlangsung di Bangkok, Thailand, pada 19 Mei 2018 lalu pernah ada wacana tersebut. Namun mayoritas anggota keberatan dan menolak usulan tersebut.

Kini Presiden BWF Poul-Erik Hoyer kembali mendengungkan perubahan tersebut. Sebagaimana dikatakan dalam salah satu sesi wawancara dengan salah satu stasiun televise pemerintah Denmark, TV2 Denmark, Hoyer menegaskan dirinya tetap ingin mengubah sistem skor yang ada. Pria asal Denmark itu beralasan sistem yang ada saat ini membuat bulu tangkis terlihat stagnan dan konservatif.

“Ada satu hal pasti yang membuat saya ingin mengubah sistem skor. Saya pikir kami menjadi terlalu konservatif. Kami stagnan,” ungkapnya.

Namun demikian Hoyer mengakui tidak mudah untuk mengubah sistem tersebut. Ia perlu mendapat dukungan dari mayoritas anggota. Sedikitnya 2/3 wakil AGM harus memberikan persetujuan bila sistem baru itu bisa diterapkan.

“Saya perlu menemukan mayoritas 2/3 (dua pertiga) wakil untuk mengubah skor. Saya sebenarnya memiliki dukungan, tetapi saya tidak berpikir jumlahnya mencapai 2/3 suara,” sambungnya.

Lebih dari itu ia mengatakan bila ia tidak mendapat dukungan maka tidak akan terjadi perubahan. Apalagi bila hanya dirinya yang menyatakan setuju dengan perubahan itu.

“Selama saya menjadi satu-satunya orang yang menjalani format tersebut, itu tidak cukup,” bebernya lagi.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *