Anthony Ginting Curhat Usai Raih Perunggu di Olimpiade Tokyo

Anthony Sinisuka Ginting mengaku dirinya merasa emosional di beberapa pertandingan di Olimpiade Tokyo. Saat diwawancarai badmintonindonesia.org, Ginting mengatakan dirinya begitu terbawa emosi usai memetik kemenangan di babak 16 besar.

“Sebenarnya sejak melawan Kanta (Tsuneyama) di 16 besar saya sudah was-was karena di pertemuan terakhir saya kalah dari dia. Tetapi Puji Tuhan saya diberikan kelancaran.”

Sementara itu saat melawan Anders Antonsen di babak perempat final Ginting tak kuasa meluapkan emosi karena berhasil meladeni permainan wakil Denmark itu.

“Saat melawan Antonsen itu lebih karena dia agak berubah pola permainannya daripada di pertemuan-pertemuan sebelumnya. Hari itu dia bermain sabar, tidak banyak menyerang jadi saya harus cepat mencari cara untuk mengimbanginya.”

“Fokusnya jadi berubah dan pertandingannya ketat. Bahkan di gim ketiga saya sempat tertinggal, nyusulnya baru di poin-poin kritis. Pas bisa menang, lega sih. Selebrasi itu lebih ke lega karena bisa menang dan ke semifinal,” ungkap Ginting masih tentang pertandingan kontra Antonsen dari Denmark.

Walau bertarung ketat di lapangan pertandingan, ternyata Ginting dan Antonsen menunjukkan kedekatan di luar lapangan. Setelah pertandingan itu keduanya sempat berfoto bersama.

“Setelah pertandingan saya melakukan pendinginan di lapangan pemanasan. Saat itu, dia tidak ada di sana. Mungkin di player lounge atau di mana saya tidak tahu. Tiba-tiba dia datang menghampiri saya dan mengajak foto bersama. Dia juga mengucapkan selamat dan semangat untuk besoknya.”

Langkah Ginting di Tokyo akhirnya terhenti di semi final. Pemain senior Tiongkok, Chen Long memupuskan harapan Ginting melangkah ke partai final.

“Memang setelah kalah dari Chen Long saya sangat kecewa dan sedih. Keluar lapangan saya merasa ingin menyendiri untuk menenangkan diri dulu.”

Dalam situasi seperti itu, Ginting mengaku mendapat ketenangan dari sang pelatih, Hendry Saputra.

“Tapi pelatih saya (Hendy Saputra Ho) langsung mengajak berdiskusi, dia menguatkan saya. Dia bilang masih ada kesempatan meraih medali perunggu dan mencetak sejarah. Kansnya juga besar melawan Kevin Cordon itu, jadi jangan disia-siakan kesempatannya. Kapan lagi?”

“Dari situ di perjalanan pulang sampai tiba di Athlete’s Village, kembali ke kamar, seharian saya coba mereset lagi fokus dan mood-nya. Anggap pertandingannya sebagai final. Walau cuma perunggu tapi semua dibawa happy saja. Besoknya saya sudah merasa lebih baik, tidak sesedih dan sekecewa kekalahan kemarin.”

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *